Banyak cara dan kesempatan untuk berwirausaha. Namun tidak semua orang berhasil ketika mencoba menjadi pengusaha restoran, properti, atau juragan pulsa. Bagaimana jika bisnis yang sedang dijalankan justru tidak berkembang atau bahkan cenderung merugi?
Biasanya Anda akan dihadapkan pada dua pilihan sulit, meneruskan bisnis tersebut atau putar haluan ke bidang lain. Banyak kisah mengenai dua keputusan tersebut, ada yang sukses dan tidak sedikit kegagalan.
Vivanti Ayu Damarsasi merupakan salah satu contoh sukses bagaimana memutuskan untuk bertahan dengan sebuah bisnis yang terbilang sangat spesifik, yaitu bisnis kuliner (masakan India). Harus diakui pilihan itu termasuk kurang populer dibandingkan dengan makanan negara lain seperti China, Jepang atau Thailand.
Modal utama Ayu adalah kesukaannya pada masakan India. “Apalagi saat ini masih belum banyak restoran India, khususnya yang dimiliki oleh orang Indonesia, bukan orang India atau keturunan,” ujarnya kepada Bisnis baru-baru ini.
Perjuangan pengusaha tersebut tidak ringan. Saat awal berbisnis kuliner India, promosi dilakukan cukup gencar. Namun di tengah jalan sejumlah kendala menghadang. Salah satunya akibat kesalahan manajemen.
Awalnya ibu satu anak ini berpatungan bersama beberapa kawan untuk membeli lisensi waralaba sebuah brand restoran India. Sayangnya, terjadi sengketa dengan pemilik brand, mulai dari menurunnya kualitas makanan dari pemegang lisensi hingga tenaga kerja.
Ayu pun memberanikan diri memutus kerja sama dan mulai membuka restoran lagi bersama salah satu rekannya. Restoran tersebut berjalan dengan baik hingga meraih pendapatan puluhan juta per hari.
Sayangnya, kerja sama tersebut kembali tidak berjalan lancar sehingga lagi-lagi harus memulai yang baru dari nol, mulai dari modal, konsep, karyawan, menu, hingga brand baru yang telah dipatenkan.
“Banyak orang yang komentar, kok ngotot jualan makanan India dan tidak pindah ke bisnis lain. Saya menjalankan karena punya keyakinan. Perlahan brand baru ini mulai dikenal meskipun tetap ada kendala,” ujarnya.
Berani coba-coba
Berbeda dengan Ayu yang setia pada satu bisnis, Loemongga Haoemasan, Presdir PT Asiana Lintas Development, berpendapat dirinya banyak mencoba berbagai bidang sebelum akhirnya mantap di bisnis properti.
Sebelum sukses di bisnis properti yang dimulai pada 2004, Loemongga sempat mengalami jatuh bangun mencoba berbagai usaha setelah memutuskan keluar dari pekerjaan lamanya di sebuah bank.
Berbagai usaha dijalaninya mulai dari restoran, katering, butik hingga sekolah berkonsep home schooling. Pada awalnya, hampir semua sukses, tetapi ternyata dia memiliki kelemahan di sisi operasional sehingga usahanya berantakan.
Setelah mengevaluasi seluruh kegagalan, ternyata perempuan pebisnis itu melihat benang merah. Alhasil, ketika mulai masuk di bisnis properti, dia mencari mitra yang kuat disisi operasional, sementara dirinya mengurus keuangan, legal, dan pemasaran.
Proses mencari rekan kerja dilakukan dengan menghubungi jaringannya terdahulu, termasuk mencari kecocokan, mimpi dan visi yang sama serta bisa menutupi kekurangan dalam berbisnis. Intinya, mencari mitra yang tepat untuk saling mengisi.
Saat awal berbisnis properti, Loemongga mengajak sekitar 25 orang untuk mengembangkan lahan seluas 2.000 meter persegi di Jalan Bangka, Jakarta atau lebih dikenal sebagai Rumah Bangka.
Kerja sama dengan sistem bagi hasil juga dilakukan dengan arsitek dan desainer, karena terbatasnya modal.
Hermawan Kartajaya dalam bukunya Targeting menjelaskan bahwa pemilihan segmen pasar yang tepat sangat penting agar usaha bisa mencapai volume penjualan yang cukup besar dan memperoleh keuntungan, sehingga usaha bertahan dan maju.
Segmen yang tepat bisa diukur secara kuantitas, mampu menghasilkan volume penjualan yang ditargetkan, terjangkau oleh metode distribusi serta sensitif terhadap berbagai program pemasaran yang dilakukan.
Ukuran segmen pasar bisa ditelisik dengan menghitung besar pasar secara keseluruhan yang tertarik dengan produk yang ditawarkan, pasar yang tersedia untuk distribusi produk, sudah membeli produk kompetitor, bisa dilayani oleh usaha yang dijalankan hingga besar pasar yang bisa diraih melalui iklan dan distribusi.
Mencari segmen baru ini lebih sulit tetapi bukan berarti mustahil. Di sinilah inovasi ditantang. Mungkin, Anda perlu memperluas jalur distribusi, meningkatkan iklan, atau mencari pasar yang belum terlayani. (fita.indah@bisnis.co.id)
Biasanya Anda akan dihadapkan pada dua pilihan sulit, meneruskan bisnis tersebut atau putar haluan ke bidang lain. Banyak kisah mengenai dua keputusan tersebut, ada yang sukses dan tidak sedikit kegagalan.
Vivanti Ayu Damarsasi merupakan salah satu contoh sukses bagaimana memutuskan untuk bertahan dengan sebuah bisnis yang terbilang sangat spesifik, yaitu bisnis kuliner (masakan India). Harus diakui pilihan itu termasuk kurang populer dibandingkan dengan makanan negara lain seperti China, Jepang atau Thailand.
Modal utama Ayu adalah kesukaannya pada masakan India. “Apalagi saat ini masih belum banyak restoran India, khususnya yang dimiliki oleh orang Indonesia, bukan orang India atau keturunan,” ujarnya kepada Bisnis baru-baru ini.
Perjuangan pengusaha tersebut tidak ringan. Saat awal berbisnis kuliner India, promosi dilakukan cukup gencar. Namun di tengah jalan sejumlah kendala menghadang. Salah satunya akibat kesalahan manajemen.
Awalnya ibu satu anak ini berpatungan bersama beberapa kawan untuk membeli lisensi waralaba sebuah brand restoran India. Sayangnya, terjadi sengketa dengan pemilik brand, mulai dari menurunnya kualitas makanan dari pemegang lisensi hingga tenaga kerja.
Ayu pun memberanikan diri memutus kerja sama dan mulai membuka restoran lagi bersama salah satu rekannya. Restoran tersebut berjalan dengan baik hingga meraih pendapatan puluhan juta per hari.
Sayangnya, kerja sama tersebut kembali tidak berjalan lancar sehingga lagi-lagi harus memulai yang baru dari nol, mulai dari modal, konsep, karyawan, menu, hingga brand baru yang telah dipatenkan.
“Banyak orang yang komentar, kok ngotot jualan makanan India dan tidak pindah ke bisnis lain. Saya menjalankan karena punya keyakinan. Perlahan brand baru ini mulai dikenal meskipun tetap ada kendala,” ujarnya.
Berani coba-coba
Berbeda dengan Ayu yang setia pada satu bisnis, Loemongga Haoemasan, Presdir PT Asiana Lintas Development, berpendapat dirinya banyak mencoba berbagai bidang sebelum akhirnya mantap di bisnis properti.
Sebelum sukses di bisnis properti yang dimulai pada 2004, Loemongga sempat mengalami jatuh bangun mencoba berbagai usaha setelah memutuskan keluar dari pekerjaan lamanya di sebuah bank.
Berbagai usaha dijalaninya mulai dari restoran, katering, butik hingga sekolah berkonsep home schooling. Pada awalnya, hampir semua sukses, tetapi ternyata dia memiliki kelemahan di sisi operasional sehingga usahanya berantakan.
Setelah mengevaluasi seluruh kegagalan, ternyata perempuan pebisnis itu melihat benang merah. Alhasil, ketika mulai masuk di bisnis properti, dia mencari mitra yang kuat disisi operasional, sementara dirinya mengurus keuangan, legal, dan pemasaran.
Proses mencari rekan kerja dilakukan dengan menghubungi jaringannya terdahulu, termasuk mencari kecocokan, mimpi dan visi yang sama serta bisa menutupi kekurangan dalam berbisnis. Intinya, mencari mitra yang tepat untuk saling mengisi.
Saat awal berbisnis properti, Loemongga mengajak sekitar 25 orang untuk mengembangkan lahan seluas 2.000 meter persegi di Jalan Bangka, Jakarta atau lebih dikenal sebagai Rumah Bangka.
Kerja sama dengan sistem bagi hasil juga dilakukan dengan arsitek dan desainer, karena terbatasnya modal.
Hermawan Kartajaya dalam bukunya Targeting menjelaskan bahwa pemilihan segmen pasar yang tepat sangat penting agar usaha bisa mencapai volume penjualan yang cukup besar dan memperoleh keuntungan, sehingga usaha bertahan dan maju.
Segmen yang tepat bisa diukur secara kuantitas, mampu menghasilkan volume penjualan yang ditargetkan, terjangkau oleh metode distribusi serta sensitif terhadap berbagai program pemasaran yang dilakukan.
Ukuran segmen pasar bisa ditelisik dengan menghitung besar pasar secara keseluruhan yang tertarik dengan produk yang ditawarkan, pasar yang tersedia untuk distribusi produk, sudah membeli produk kompetitor, bisa dilayani oleh usaha yang dijalankan hingga besar pasar yang bisa diraih melalui iklan dan distribusi.
Mencari segmen baru ini lebih sulit tetapi bukan berarti mustahil. Di sinilah inovasi ditantang. Mungkin, Anda perlu memperluas jalur distribusi, meningkatkan iklan, atau mencari pasar yang belum terlayani. (fita.indah@bisnis.co.id)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar